Selasa, 18 September 2012

Wold Wide Views on Biodiversity

Tanggal 15 September 2012 kemarin saya diundang oleh seorang teman untuk berpartisipasi dalam acara konsultasi publik "World Wide Views on Biodiversity" di hotel Mega Anggrek Jakarta. Agar acara berjalan tepat waktu dan karena banyak peserta yg berasal dari luar Jabodetabek maka panitia menyediakan akomodasi penginapan di Hotel Mega Anggrek yang lumayan keren, apalagi buat saya yang ga pernah nginep di hotel dan gaptek dengan teknologi kunci kartu hehehe.....



Dalam acara "World Wide Views on Biodiversity" ini para peserta, yg mewakili berbagai profesi, latar belakang pendidikan, usia dan tempat tinggal, diajak untuk turut berpartisipasi aktif menyuarakan pendapat kita tentang keanekaragaman hayati karena hasilnya akan dipresentasikan di COP di India bulan Oktober mendatang, dimana perwakilan dari berbagai negara diseluruh dunia akan bertemu untuk mendiskusikan kebijakan-kebijakan yang dapat dilakukan untuk menghentikan penurunan keanekaragaman hayati di dunia. Acara ini gak cuma diadain di Indonesia lho tapi serentak di 34 kota dari  25 negara. Mbokjamu seneng banget deh bisa ikut terlibat dalam usaha penyelamatan bumi ini. Berikut Mbokjamu share ilmu yg didapet selama acara, cekidot !

Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai variasi makhluk hidup yang terdapat dialam, termasuk didalamnya berbagai jenis tanaman, hewan, serta mikroorganisme di darat dan di air (baik perairan tawar maupun laut). Ternyata dalam 30 tahun terakhir, kebutuhan manusia akan sumber daya alam telah mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati yang drastis lho.
Jadi pada kondisi alam yang utuh, berbagai jenis organisme berinteraksi, sehingga menghasilkan berbagai sumber daya dan sistem alami yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Diantaranya adalah air dan udara bersih, makanan, sumber energi, serat dan obat, tanah yang  subur, cukupnya nutrien tanaman, komoditas pertanian/perkebunan, dan hewan ternak. Semakin kaya keanekaragaman di alam, semakin besar peluang untuk ditemukannya obat baru, pertumbuhan ekonomi dan kemampuan beradaptasi dengan tantangan alam seperti perubahan iklim. Keanekaragaman hayati tidak hanya merupakan fondasi, tetapi juga perekat yang menyatukan berbagai kehidupan dimuka bumi ini. Hilangnya keanekaragaman hayati akan berdampak pada semua orang diseluruh dunia, namun terdapat berbagai pandangan yang berbeda mengenai apa dan seberapa besar usaha yang harus dilakukan untuk melindunginya. Karena hal tersebut pada pertemua World Wide Views ini kami dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang didampingi oleh seorang fasilitator yang memandu jalannya diskusi dan voting. Pertama-tama di perlihatkan video tentang keanekaragaman hayati kemudian kami diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat tentang keanekaragaman hayati, masalah hilangnya keaneka ragaman hayati serta apa yang harus dilakukan untuk melindunginya dan terakhir masing-masing orang mengisi lembar pertanyaan vote. Hasil voting dari 25 negara ini bisa di lihat di website wwviews dan kita juga bisa membandingkan jawaban para peserta dari Indonesia dengan Amerika misalnya.

Acara ini makin seru karena di kelompok diskusi saya, kelompok 2, berisi orang-orang dengan latar belakang profesi dan asal daerah yang beragam. Ada Kak Ane sebagai fasilitator, Bapak Budi laksana dari Serikat Nelayan Indonesia Indramayu, mas Nugroho petani muda dari Purwokerto, Mas Jubir yg aktivis lingkungan hidup, Andriana analis Dexamedica, dan anggota kelompok termuda Siti Ayu yang baru lulus SMA. Terasa sekali suasana diskusi yang cerdas, walau masing-masing anggota kelompok punya pandangan yang berbeda kami tetap saling mendengarkan dan menghargai pandangan masing-masing. Ada satu hal yang membuat kami semua satu suara yaitu ketika membahas Protokol Nagoya, kami semua mendukung diberlakukannya Protokol Nagoya ini.

Seperti berbagai jenis sumber daya lainnya, sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional terkait yang ada diantara komunitas adat dan lokal tidak terdistribusi secara merata di dunia. Sumber daya genetis banyak terdapat di daerah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, sebagai contoh, sebagian besar bahan  obat ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang. Namun, perusahaan-perusahaan yang dapat mengeksploitasi sumber daya genetik sebagian besar berasal dari negara maju karena memiliki teknologi pengolahannya. Jika dilihat dari sudut pandang negara berkembang, kondisi ini disebut "pembajakan hayati" atau "biopiracy", suatu istilah yang digunakan pada kasus-kasus dimana perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh sumber daya genetik dari negara lain tanpa meminta izin dan tanpa memberikan pembagian keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan komersil kepada negara tempat sumber daya tersebut berasal. Perjanjian mengenai akses terhadap sumber daya genetik dan pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatannya disebut Protokol Nagoya.

Semoga pertemua World Wide Views ini bisa membawa dampak positif yang nyata bagi perlindungan bumi kita terutapa sumber daya alam di Indonesia.

7 komentar:

  1. Wah menarik juga ya pengalaman mbokjamu ini, terutama dengan "kunci kartu" :P
    Memang sumberdaya hayati yang merupakan kekayaan alam kita ini perlu penanganan yang benar-benar betul. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. apalagi pas aq dengan PDnya masuk lift sendirian om, pas didalem bingung, udah mencet2 tombol lift tp gak bergerak juga, ternyata oh ternyata harus ngegesekin kunci kartu dulu sebelum mencet tombol liftnya, ndeso banget dah hahahaha.....

      Hapus
  2. senang sekali membaca laporan ini. semoga kasus biopiracy di Indonesia bisa diselesaikan dg baik terutama untuk kesejahteraan masyarakat lokal dimana perusahaan mengeksploatasi secara serampangan, tanpa memberikan hak buat masyarakat adat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penanganan biopiracy ini masih menunggu pengesahan Protokol Nagoya tersebut om MT, Protokol Nagoya bisa berlaku jika telah diratifikasi oleh 50 negara pesertaKonvensi Keanekaragaman Hayati ,The Convention on Biological Diversity (CBD) yg saat ini baru ditandatangani oleh 21 dari 193 negara peserta.
      Semoga bisa cepat di sahkan ya om karena menurut keterangan Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York, sejumlah studi akademik secara jelas menunjukkan bahwa nilai sumber daya hayati dan pengetahuan tradisional Indonesia yg di eksploitasi asing dapat mencapai 500 hingga 800 miliar dolar AS setiap tahunnya.

      Hapus
  3. Eh, Protokol Nagoya apa Protokol Tokyo sich?

    Pembudidayaan keanekaragaman hayati, tersendat oleh kebijakan pemerintah sendiri yg 'enggan' mendidik petani dgn tekun, ulet, sabar.... petani dijejali dgn pupuk makro sampai disubsidi.
    Tentunya ini terkait sistem komisi yg besar dari produsen pupuk (maaf jujur) korupsi. Tanah, harus seimbang antara pupuk makro dan mikro. Pupuk mikro semisal pupuk organik.
    Sebagaimana dokter, mendapat komisi besar (20-30%) dari farmasis (penggagas satanic medicine), tak peduli betapa sulitnya pasien, dibuktikan dgn irrasionalnya 95% resep di 2 RS di Bandung, pada analisis resep dosen kami. Korupsinya dokter ya disaat dia memberi resep yg tdk rasional.

    Oya, Amerika tidak setuju dgn Protokol Nagoya khan? Kenapa?? Karena itu 'fair'. Kapitalis tidak akan pernah mau fair dalam bisnis apapun. Saya berusaha menemukan celah kebaikan pada kapitalis, ternyata saya putus asa.

    Ini terjadi, karena mereka tidak memperhitungkan bahwa segala perbuatan akan mendapat konsekuensi di 'hereafter'.

    Bagaimana dgn Anda?

    -budiwah

    BalasHapus
  4. Protokol Nagoya mas Budi, kl Protokol Tokyo lebih kearah perubahan iklim dan pemanasan global. Kalau di lihat hasil voting dr 25 negara peserta wwviews (termasuk didalamnya Amerika) di http://biodiversity.wwviews.org/the-results, 79.95% dari total semua peserta, mendukung pengesahan Protokol Nagoya ini lho. Jadi kita harus bisa membedakan yg mana pendapat orang Amerika dan yg mana pendapat pemerintah Amerika, karena ternyata mereka berbeda lho :D. Semoga niat baik kita bersama buat melestarikan keanekaragaman hayati dunia tidak terbentur politik "wani piro" pemerintah ya ^_^

    BalasHapus
  5. Bicara mengenai “pembajakan hayati” atau istlh lainnya biopiracy, mmg sgt menarik krn terkait dgn kekayaan alam kita yg sgt braneka ragam. Yg lama2 akan punah krn di gerogoti oleh negara maju jk tanpa ada existence yg jelas dr kerja sama tsb. Biasanya mmg hy akan merugikan negara penghasil krn dgn mdh negara lain akan mngklaim keanekaragaman hayati yg kita punya, utk itu di perlukan suatu kerja sama yg jelas dan ada dasar hukumnya, menurut sy kl protocol nagaya itu terealisasi dgn baik dan itu sdh sgt tepat sekali, yg Tujuannya antara lain keuntungan yg adil dan seimbang, jg dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari keanekaragaman hayati dan menerapkan,di sana kl gk slh jg ada pengturan ttg limbah tp sy gk bgt tahu apa isi perjanjiannya.
    Permslhnnya skrh apakah sdh dpt di realisasikan perjanjian tsb??
    Krn sampai skrg masih byk pencurian2 hayati yg di lakukan, bkn hy olh negara asing, tp perusahaan lokal yg brkerja dgn ngr lain sj itu sgt byk sekali kita tak bs menutup mata dlm hal ini,. Byk kasus yg akan membuat kekayaan hayati qt terkikis kl pemerintah tdk tanggap, dlm hal ini,,yg di perlukan tindakan,.dan sikap,.kl sdh ada protokol nagaya tsb lngsung di terapkan. Byk kementrian trkait yg hrs di libatkan,..pokoknya sy brdoa aja deh, smg kekayaan alam qt tdk trkuras hbs, kshn anak cucu kita yg nantinya minum jamu tp di import dr ngr maju, apa lg pmrth qt yg hobinya mengimport,.hheee, say segitu aja ya lg ada kerjaan nh,,slm syng sll. Smg Lain kali sy bs memberikan kontribusi yg lain,,mklum ini lg hitung data,.ganbate ya tuk sll ikut seminar, smkn byk ikut smkn byk ilmu yg di dapat

    BalasHapus