Selasa, 20 Juli 2010

KE-SEPI-AN

Setiap orang pada akhirnya harus berjuang sendiri mengalahkan ketakutan terbesarnya. 
Tak peduli sekuat apapun dia menunda,  pertempuran besar itu pasti akan terjadi entah itu sekarang atau lima puluh tahun lagi. 
Karena kita tidak bisa hidup dalam bayang-bayang ketakutan. 

Dan ketakutan terbesarku adalah kesepian.



Sepi mencerminkan kedamaian, ketentraman,  memutar kekiri tombol volume kehidupan tapi sepi juga bisa berarti menekan tombol off, mematikan semuanya. Yang terakhir itulah yang membuatku takut pada kesepian.

Ketika kau melangkah keluar dari hidupku,  mendadak  udara disekelilingku terangkat, bergulung, menyapu semua keceriaaan dan mengguyurkan rasa sepi yang dingin dan mencekam.  Aku di rayapi perasaan aneh yang membuatku menggigil, campuran dinginnya rasa sepi dengan ketakutan. Aku limbung, tidak  percaya kalau pertempuran terbesarku melawan kesepian harus dimulai sekarang juga tanpa persiapan apapun hanya dengan tangan kosong dan hati yang terluka.

Tiba-tiba rasa sepi menjelma menjadi sosok monster setinggi 4 meter , berambut kusut masai yang menyeringai lebar memamerkan deretan gigi-gigi putih berkilat seperti pisau jagal, dan yang paling adalah menyeramkan adalah warna kulitnya yang hijau transparan seperti agar-agar, terlihat kenyal dan terus meneteskan lendir. Entah mengapa rasanya melihat kilatan gigi geligi itu lebih menyenangkan di banding melihat kulitnya yang hijau berlendir.

Saat ini keinginan terbesarku adalah berlari sekuat tenaga mengejarmu, berharap kita masih bisa bertemu di persimpangan tempat kita berpisah, lalu memohon agar kau menyalakan kembali suara-suara keceriaan dalam hidupku sehingga pertempuran melawan monster hijau berlendir ini tidak perlu terjadi dan mengingat monster hijau berlendir hanya sebagai fiksi imajinasi yang dapat ditertawakan. Tapi aku tetap diam disini, sadar kalau monster itu memang nyata dan pertempuran ini memang harus ku hadapi entah itu sekarang atau lima puluh tahun lagi. 

Aku tahu sebuah rahasia kecil, kalau pertempuran ini tidak akan membuatku mati. Setiap baris cakaran dan gigitan yang digoreskan pada tubuhku akan meningkalkan luka perih, luka yang semakin menguatkanku. Monster ini pada akhirnya akan seperti monster-monster lain yang telah ku takhlukan.

From every wound there is a scar, and every scar tells a story. A story that says, I survived.

5 komentar:

  1. Manusia... adalah terdiri dari dua unsur... jiwa/psyche dan soma... dalam soma ini... manusia memang tak kan pernah bebas... berbagai ketidakjelasan kan menimpanya... ketidakjelasan yg merupakan ketakmungkinan yg sangat luas... manusia akan terbebas dari ketdkmungkinan ini stlh ia lepas dari soma.. namun saat dalam soma dengan berbagai ketidakmungkinnannya.. ia memiliki berbagai macam kemungkinan yg mampu ia wujudkan...

    Most people think,
    Great god will come from the skies,
    Take away everything
    And make everybody feel high.
    But if you know what life is worth,
    You will look for yours on earth:
    And now you see the light,
    You stand up for your rights.
    Get Up Stad up

    BalasHapus
  2. u still survive because of me..... :)

    BalasHapus
  3. duh serem monster ja akhirnya digodainya.... ^_^

    BalasHapus
  4. sabo menjalani smuanya..
    adakala kesepian boleh mendatangkan ilham yang tak ternilai harganya..

    BalasHapus
  5. @bowo: kemungkinan dan kesempatan selalu terletak di lapisan dasar masalah dan kesedihan, hanya orang-orang sabar yang bisa memandang kesempatan dengan jelas, menembus lapisan kelam keruhnya masalah, semoga kita termasuk orang-orang yang sabar ^_^

    @husin: because of u anda all of my friend ^_^

    @julung: entah mengapa, di detik terakhir sebelum pertempuran itu di mulai, saya merasa perlu mengerling manja pada monster itu.. hahaha

    @jamiel: betul sekali bro... sangat tidak ternilai... terimakasih sudah mampir

    BalasHapus